Thursday 28 April 2011

KEHANCURAN MANUSIA KARENA KRISIS MORAL

MORALITAS

A. Al-Qur’an Sebagai Akhlaq Nabi
Arti kata Muhammad adalah yang terpuji, ini merupakan sebuah nama yang baik dan istimewa. Dari nama tersebut terlihat sikap dan perilakunya yang baik. Kesabaran, ketabahan, keberanian, keadilan, ketegasan, dan lemah lembutnya menggambarkan seorang yang memiliki kepribadian yang sempurna.

Kesempurnaan akhlaknya ditunjukkan melalui ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kitab suci umat Islam ini merupakan gambaran dari akhlaknya Nabi Muhammad saw.. Bahkan ketika Siti Aisyah ditanya oleh para sahabat tentang akhlak Rasulullah saw., ia menjawab dengan singkat: كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآن)) “Akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an.” 

Dalam salah satu riwayat, beliau disebut pula sebagai al-Qur’an berjalan. Artinya Rasulullah adalah representasi hidup dari al-Qur’an. Akhlaknya begitu mulia, selaras dengan isi al-Qur’an. Tidak pernah sedikit pun bertentangan dengan kebenaran yang dibawanya. Sehingga siapa saja yang hendak mengaplikasikan seluruh isi al-Qur’an, cukup mencontoh Rasulullah saw atau sering disebut akhlak al-Quran.


Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya :
“dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”
( QS.Al Qalam( 68) :4).

Rasulullah benar-benar berbudi pekerti yang agung, Rasulullah bukanlah orang gila sebagaimana dituduhkan orang-orang musyrik dalam ayat sebelumnya yakni ayat 2 disebutkan :
“ Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.”
( QS.Al Qalam ( 68 ) :2).

Asbabun nuzul surat 68:2 :
“Ibnu Juraij ra. Menegaskan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan perkataan keji Kaum Kafir Quraisy bahwa Rasulullah saw. sebagai orang gila bahkan juga sebagai setan (HR. Ibnu Mudzir).”

Diantara ayat yang menjelaskan tentang akhlak Nabi Muhammad saw. adalah surat At-Taubah ayat 128 :

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan (keinginan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. At-Taubah (9): 128)

B. Nabi Sebagai Teladan Moral (Uswatun Khasanah)
Secara bahasa uswah artinya teladan, sedangkan khasanah berarti baik. Jadi, uswah hasanah adalah teladan yang baik. Sebagai panutan dan contoh, Nabi Muhammad saw. memiliki akhlak yang baik dan sekaligus menjadi teladan bagi umatnya. Firman Allah swt.:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab (33): 21).

Wujud dari uswah hasanah selain terdapat di dalam Al-Qur’an, juga melalui sunahnya. Sunah atau hadis yakni keseluruhan dari kehidupan Nabi Muhammad saw., baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan Beliau.
Setiap perkataan Nabi Muhammad saw. baik masalah hubungan dengan Allah maupun masalah sosial kemasyarakatan menjadi uswah hasanah. Baik dari cara berbicara maupun isi pembicaraannya adalah contoh yang harus ditiru oleh umatnya. Ketika Nabi Muhammad saw. berbicara selalu jelas dan tegas, sehingga orang yang diajak bicara bisa memahaminya. Demikian juga materi yang dibicarakan tidak menyimpang dari syariat dan ajaran Allah swt..
Selain perkataan, perbuatan Rasulullah saw. pun menjadi contoh. Oleh karena itu, Allah selalu menjaga dan memelihara tingkah laku Nabi Muhammad saw.. Ia tidak pernah berbuat salah kepada siapa pun. Bahkan ketika beliau bermuka masam kepada salah seorang sahabat yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, Allah swt. langsung menegurnya.
Firman Allah swt.:
“(1) Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (3). tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),… (1.a)”

(1.a) Asbabun nuzul
Aisyah ra. Bahwa suatu hari ibunu ummu maktum ra. (seorang sahabat yang buta mendatangi rosulullah saw. Beliau saat itu sedang menerima salah satu pembesar Quraisy. Ummu maktum berkata “Wahai Rasulullah beri aku nasihat”. Seketika itu juga rasul saw. Memalingkan muka. Atas sikap beliau itu turunlah ayat ini 1-10.(Hadits hasan riwayat Tirmidzi dan Hakim).

(1.a) Asbabun nuzul
Ayat ini turun karena persoalan Abdullah bin Ummi Maktum, Umar bin Oeis, paman Khadijah. Ia memotong pembicaraan Rosulullah waktu Beliau menerima orang-orang penting Quraisy. Diantaranya Abu jahilbin hisyam, abbas bin abdul mutallib, walid bin mugirah dll. Rasulullah mengharapkan agar mereka beriman. Rasulullah kelihatan kurang senang dengan sikap Abdullah bin Ummi Maktum sehingga kelihatan pada mukanya.Sikap rasul itu mandapat teguran dari Allah .

Ketetapan ataupun taqrir Nabi Muhammad saw. juga menjadi uswah bagi umatnya. Ketika salah seorang sahabat bernama Khalid bin Walid menyajikan hidangan makanan berupa daging “dab” (sejenis biawak). Khalid mempersilakan kepada Rasulullah saw. untuk menyantapnya, kemudian beliau menjawab: Sabda Rasulullah saw.: “Tidak (maaf), berhubung binatang ini tidak terdapat di kaum umatku, aku jijik padanya!” Kata Khalid: “Segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah saw. hanya melihat kepadaku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Cita-citanya juga menjadi uswah hasanah. Ada cita-cita Rasulullah saw. yang belum terlaksana karena beliau telah wafat. Contoh hadis ini salah satunya ketika beliau bercita-cita untuk berpuasa tanggal 9 Asyura.
Sabda Rasulullah saw.:
“Di kala Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan untuk dipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi, mereka berkata: Ya Rasulullah, bahwa hari ini adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Jawab Rasulullah: Tahun yang akan datang, insya Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan.” (H.R. Muslim dan Abu Daud)

Dengan demiikian jelas bahwa akhlak Nabi Muhammad saw itu sangat terpuji dan mulia. Akhlak beliau ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Beliau adalah sosok panutan dan contoh yang patut diteladani dan ditiru oleh kita semua selaku umat Islam yang mengikuti ajaran syariatnya.

Dan kita ketahui ketika Allah SWT mengutus Rasul-Nya saw., maka bersatulah suku-suku yang terpecah belah, lenyap permusuhan antar kabilah dan kelompok serta suku, dan ditetapkan batasan-batasan dan hukum-hukum dalam berperang, meletakkan dasar-dasar moralitas, menyempurnakan nilai-nilai kemuliaannya, sehingga terbentuk darinya umat yang dibangun oleh dasar-dasar kebebasan, menegakkan kebenaran, keadilan dan kesetaraan antara sesama manusia, tanpa perbedaan warna, gender atau kelas dan tingkatan. Dan tidak akan tegak suatu umat kecuali karena kebaikan yang dilakukan pada masa awal dan akhirnya.

Oleh karena itu, umat Islam harus mempelajari sirah Nabi saw, sehingga mereka dapat menerapkan nilai-nilainya dan pelajarannya dalam diri mereka dan membuat mereka menjadi panutan bagi manusia dalam keistiqamahan dan kebaikan sejarah hidup mereka, lurus jalan hidupnya melalui dakwah mereka dalam melakukan reformasi. Sehingga itu semua, Nabi saw kembali menjadi cahaya yang terang benderang dan mengusir gelapnya kehidupan mereka, serta memberikan hawa sejuk dan kehangatan ke dalam hati, pikiran dan perilaku. Sebagaimana dengan itu pula masyarakat Islam dapat kembali integritasnya, istiqamahnya dan keteladanannya serta kembali mampu berada di garis terdepan dalam kepemimpinan di seluruh bangsa di dunia.

Bahwasanya krisis yang paling serius yang terjadi saat ini adalah krisis keteladanan, keteladanan yang baik dan saleh di tingkat masyarakat dan bangsa, bukan hanya pada tingkat individu, bangsa tidak dapat berubah oleh individu yang kecil, melainkan nasib bangsa-bangsa perlunya perubahan kolektif dan kerja secara kolektif. 

Sesungguhnya umat Islam saat ini sangat membutuhkan untuk mengingat sirah dan mengenang perjalanan hidup nabi Muhammad saw yang telah menanggung beban menghadapi berbagai cobaan, celaan dan siksaan, sabar dalam meniti jalan yang berat dan penuh onak dan duri demi tegaknya ajaran Islam dan terbangunnya jati diri dan umat yang mulia sehingga mereka menjadi teladan yang baik secara nyata, menghilangkan wahm (keraguan) dalam jiwa mereka dan menghancurkan kesewenang-wenangan dan ketidakadilan di negeri mereka. 

Setiap muslim dan muslimah memiliki kewajiban untuk meneladani Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan mereka, karena hal tersebut merupakan jalan satu-satunya untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan di dunia, dan keberuntungan dan nikmat di akhirat.

Meneladani Rasulullah dapat ditinjau dari berbagai hal, diantaranya:
- Ibadah: Bahwa beliau adalah orang yang paling tahu dan mengenal Allah, orang yang paling takut dan bertaqwa, namun beliau orang yang kadang puasa kadang berbuka, tidur dan bangun, dan menggauli wanita (istri) dengan baik, namun tidak mempengaruhi posisi beliau sebagai orang yang paling banyak beribadah.

- Berinteraksi dengan tetangga: Nabi saw bersabda:

مَا زَال جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهَُ

“Jibril selalu mewasiatkan kepada saya tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa tetangga mendapat hak warisan”. (Muttafaq alaih)

Sebagaimana telah dibahas pada makalah sebelumnya yakni manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam konteks hidup bertetangga nabi bersabda : “Demi Allah tidak beriman,demi Allah tidakberiman, demi Allahtidak beriman, ditanyakan oleh salah satu sahabat, siapa itu ya Rasul, Beliau menjawab orang yang tetangganya merasa tidak nyaman karena gangguannya.” 

Bapak Komarudin, S.Ag. M.Si, dosen mata kuliah Akhlak juga menjelaskan tentang manusia selalu membutuhkan yang lain bahkan ketika masih di dalam kandungan manusia sudah tergantung kepada yang lainnya yakni ibu, dan ketika lahir juga membutuhkan orang lain hingga dewasa pun juga masih membutuhkan orang lain. Dicontohkan oleh Beliau baju yang kita gunakan ini melalui proses yang melibatkan banyak sekali manusia mulai peternak ulat sutera, pemilin benang, pembuat kain, distributor, grosir, pengecer dll, subhanallah itu melibatkan banyak sekali manusia . Sehingga Rasul memberikan teladan bagaimana hubungan dengan sesame manusia. Beliau kadang menjual dan membeli, sangat sopan jika menjual dan sangat ramah jika membeli, ramah saat memutuskan hukum dan ramah pula saat menuntut hukuman.
      
-      Akhlaq dan perilaku secara umum: Nabi saw adalah sebaik-baik manusia dalam berakhlaq dan beretika, orang  yang paling mulia dan paling bertaqwa dalam berinteraksi. Allah berfirman sambil memuji nabi saw:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
       “Sungguh dalam dirimu terdapat akhlaq yang mulia”. (Al-Qalam:4)

Dan Aisyah pernah berkata ketika ditanya kepadanya tentang akhlaq nabi saw, beliau berkata:  كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآن    “Akhlaq nabi adalah Al-Qur’an”. (Shahih Muslim)  

-       Selalu menepati  janji:
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa rosul berjanji menemui seseorang di suatu tempat, pada waktu ba’da dzuhur/ sebelum ashar, nabi datang tepat waktu bahkan lebih awal dari yang dijanjikan, setelah lama menunggu sampai masuk waktu ashar orang tersebut belum datang juga, bahkan sampai maghrib baru orang itu datang dan rasul bersabda : “Seandainya hari ini kau tidak datang aku akan tetap di tempat ini menunggumu sampai kapan pun bahkan sampai mati”.[1]
-       Dll

Demi Allah, Sungguh sangat menakjubkan sejarah hidup Rasulullah. Sungguh agung perilaku dan akhlaq Beliau, sehingga semua itu menjadi uswah hasanah bagi setiap pemimpin, bagi setiap presiden, bagi setiap penguasa,  bagi setiap komandan, bagi setiap hakim, bagi setiap politikus, bagi setiap guru, bagi setiap pasangan suami istri, bagi setiap orang tua. 
Beliau adalah teladan yang sempurna bagi seluruh manusia, dan bagi setiap yang menginginkan kesempurnaan dalam berbagai bentuk, manifestasi dan tren, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad saw untuk kami semua, dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada mu (Muhammad) untuk umat manusia seluruhnya.

Nabi Muhammad saw pembawa rahmat bagi semesta alam  
Allah telah mengutus Rasulullah saw membawa rahmat bagi semesta alam, bagi siapa yang mengikutinya akan mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk memberi rahmat bagi semesta alam”
(Al-Anbiya:107)

Dan dibawah naungan syariah Rasulullah saw seluruh manusia menikmati kebebasan, keadilan dan kesetaraan dan memberikan kasih sayang bagi manusia yang tertimpa penderitaan dan ketidakadilan, ketakutan dan teror yang dilakukan oleh para penentangnya yang  tidak hanya menolak hadiah kasih sayang tersebut, namun lebih dari itu adalah menyatakan api perang terhadap syariat langit dan melecehkan dan menjauh dari karunia, rahmat dan kenikmatan dan nasihat serta cahaya yang terang benderang.  Sungguh merugi umat manusia yang seperti itu! betapa sengsara apa yang dilakukan oleh manusia seperti itu,  kesengsaraan dan penderitaan, sekiranya mereka tetap berada dalam kondisi seperti itu dan tidak mau merespon seruan Allah dan Rasul-Nya…!!

“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (Thaha:124)

Kehancuran Manusia Karena Krisis Moral[2]
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan dalam  negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. Al Isra’:16)

            Telah kita ketahui sejarah-sejarah umat terdahulu bagaimana suatu negeri akan hancur karena kebobrokan moral mereka, diantaranya sejarah kaum tsamud, Fir’aun, sejarah nabi nuh dll. Apakah kita tidak mengambil pelajaran dari itu semua?
Allah bisa saja memusnahkan suatu kaum dan menggantinya dengan kaum yang lain, yang demikian itu sangatlah mudah bagi-Nya. Hanya berkata jadi maka jadilah.

MISI Rosulullah
            Akhlak itu sangat penting untuk mewujudkan kedamaian di dunia dan di akhirat itulah sebabnya misi Rasul saw. adalah menyempurnakan akhlak, sehingga tercipta ketentraman.[3] Sabda Rasul :
انّمابعثت لأتمّم مكارم الأخلاق (رواهالبخاري)
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Sehingga Syauqi Beik dalam kata-kata hikmahnya menyatakan : “Sesunguhnya umat dan bangsa itu sangat tergantung pada akhlaknya. Jika baik, maka akan kuat bangsa itu. Jika rusak, maka akan hancurlah bangsa itu”
“Di tengah-tengah berbagai problematika berat yang kini dihadapi oleh bangsa dan masyarakat, kita pun kini dihadapkan pada kenyataan semakin marak dan merajalelanya perjudian, perzinahan, minuman keras, penggunaan narkotik, dan obat-obatan terlarang lainnya. Bahkan kini Indonesia telah menjadi tujuan bisnis bagi peredaran global narkotika dan bukan lagi sekedar tempat transit” ujar KH. Didin Kafidhuddin MSC dalam tulisannya ‘Menyelamatkan Akhlak’’.[4]
Generasi muda lah yang sangat rentan dan mudah terpengaruh oleh budaya-budaya barat seperti narkotik dll. Alasannya karena pemuda memiliki rasa ingin tahu yang besar dan cenderung akan mencoba hal-hal baru termasuk narkotika.[5] Bagaimana jadinya jika kaum muda yang bakal menjadi penerus bangsa bermoral bejat seperti itu, bahkan dewasa ini seiring dengan kemajuan teknologi dan modernisasi serta globalisasi budaya barat dengan sangat mudah masuk ke timur dan mempengaruhi generasi-generasinya. Itulah salah satu trik orang yahudi dalam menghancurkan umat islam. Mereka menggunakan cara-cara lembut yang tidak disadari oleh kita.
Sebagaimana telah dibahas di atas, maka sudah sangat jelas bahwa terpuruknya bangsa dan negara Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi melainkan juga oleh krisis moral. Oleh karena itu, perekonomian bangsa menjadi ambruk yang tidak kunjung pulih kembali. Krisis multidimensi yang melanda bangsa kita berdampak pada kehidupan masyarakat terutama rakyat miskin, mereka semakin susah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan tidak jarang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka melakukan tindakan curang (amoral) yang semestinya tidak perlu dilakukan Sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk Tuhan, dalam moral manusia mempunyai kemerdekaan untuk memilih nilai dan norma yang dijadikan pedoman berbuat, bertingkah laku dalam hidup bersama dengan manusia lain.
Moral akan memberikan petunjuk, pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan penuh tanggungjawab, karena pada dasarnya moral adalah bagian dari kepribadian (personality) manusia. Dengan demikian, moral dapat dikatakan menyatu dengan cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kehendak). Manusia yang bermoral adalah manusia yang dapat memfungsikan ketiga potensi cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kehendak) secara baik. Namun kenyataanya, kebanyakan manusia lebih suka mengandalkan kehendaknya tanpa memfungsikan potensi yang lain sehingga tindakan yang muncul adalah tindakan amoral Perilaku bermoral seperti jujur, adil, dan kasih sayang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, tindakan ini dapat menciptakan ketentraman, kedamain, dan kesejahteraan manusia lain.
Namun demikian, untuk bertindak bermoral tidaklah semudah seperti mengucapkan, realitasnya masyarakat kita masih banyak yang lebih senang bertindak amoral tetapi mendatangkan keuntungan dibandingkan bermoral tidak menghasilkan. Tindakan kriminal seperti pengeboman, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, korupsi, kulusi, dan nepotisme setiap hari menghiasi media cetak maupun media elektronik. Yang lebih mengerikan terdapat orang tua yang menghamili anak kandungnya, seakan-akan di Indonesia tidak ada lagi manusia yang bermoral. Hal ini tentunya membuat rasa sedih dan malu kita sebagai bangsa yang beragama yang memilki keyakinan terhadap Tuhan. Untuk membentuk masyarakat dan bangsa yang bermoral tidaklah mudah, hal ini memerlukan suatu keberanian moral setiap orang untuk bertindak. Keberanian moral dalam menegakkan kejujuran, keadilan, dan kebenaran haruslah memperhatikan nilai-nilai kesetimbangan potensi cipta, rasa dan karsa.
Oleh karena itu, keberanian moral harus sistematis, bukan hanya idea yang menyebar. Jika hal ini terjadi, maka gerakan penegakkan kejujuran, keadilan, dan kebenaran akan berjalan lebih sistematis dan terarah kepada target yang hendak dicapai. Keberanian moral sebenarnya juga telah dimiliki oleh para perintis kemerdekaan Indonesia dan para pemuda yang dipelopori mahasiswa dalam menggerakan arus reformasi.
Tanpa keberanian moral, tidak mungkin bangsa Indonesia berhasil melawan penjajah yang mencengkram bumi pertiwi beberapa abad lamanya. Lengsernya Suharto harus diakui karena gerakan keberanian moral kaum muda terutama para mahasiswa yang melakukan demonstrasi besar-besaran yang berpuncak dalam bulan Mei 1998. Gerakan keberanian moral ini bukan sekedar agar Suharto turun dari jabatannya, namun tujuan lebih jauh adalah untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara agar dapat keluar dari krisis multidemensi. Masih adakah keberanian moral dalam diri masyarakat kita sekarang ?
Krisis nilai dan moral itu tejadi karena manusia sudah tidak bisa lagi membedakan salah benar, baik dan buruk. Manusia bertindak sesuai dengan kehendaknya demi untuk kepentingan diri dan kelompok tanpa memperhatikan orang lain. Mereka tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukan akan merugikan dan mencelakakan orang lain bahkan akibat lebih jauh adalah kesengsaraan umat manusia.
Krisis moral pada dasarnya sama dengan krisis kemanusiaan. Dalam Kondisi seperti ini manusia telah lupa akan hekikatnya, baik sebagai makluk yang berTuhan, makluk sosial, maupun sebagai makluk pribadi sehingga tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai kalifah di muka bumi dengan baik. Justru mereka melakukan tindakan-tindakan amoral seperti korupsi, kolusi, nepotisme serta tindakan-tindakan curang lainnya.
Tentang korupsi rasul pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori. Rasul menjelaskan bahwa pada harikiamat rasul tidak bisa menolong orang yang korupsi.[6]  Kendati demikian masih banyak sekali orang yang melakukan pidana tersebut. Bahkan Negara kita goncang hanya karena ulah seorang koruptor Gayus Tambunan yang sampai saat ini belum selesai perkaranya. Kita lihat bangsa kita, sekarang ini yang termasuk ke dalam kategori Negara terkorup. Banyak sekali tindak criminal yang terjadi di negeri ini, bahkan setiap hari ada saja tindak criminal dan selalu menghiasi media-media di tanah air baik cetak maupun elektronik. Bahkan pejabat-pejabat yang seharusnya menegakkan kebenaran justru menjadi salah satu pelaku tindak pidana tersebut. Rakyat yang miskinlah yang paling merasakan kesengsaraan, mereka tidak dipedulikan oleh pemerintah, hanya sedikit orang yang memperhatikannya. Bagaimana mungkin ini terjadi di negeri yang berketuhanan dan telah jelas tertulis dengan jelas dalam undang-undangnya bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1).[7] Namun kita lihat realisasinya saat ini justru para pemimpin hanya mementingkan diri masing-masing dan memakan uang rakyat. Mereka semua tidak lagi memikirkan halal atau haram. Sabda Nabi :

يأتى على النّاس زمان لايُبَالِى المَرْءُمااَخَذَ منه اَمِنَ الْحِلالِ اَمْ مِنَ الحَرَامِ

“Bakal datang kepada manusia suatu masa dimana orang tidak peduli apa yang  diambilnya, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram (HR.Bukhori).”[8]

Dalam kehidupan masyarakat sekarang kita sering dipertontonkan tindakan-tindakan ketidakjujuran, ketidakadilan, dan kecurangan-kecurangan yang lain (tindakan amoral) yang kesemuanya itu hanya untuk kepentingan sesaat. Tidak jarang untuk memenuhi kebutuhan hidup para pedagang mengurangi timbangannya, para penegak hukum tidak lagi menegakan keadilan, para birokrat dan pejabat negara asyik meningkatkan KKNnya, sedangkan rakyat kecil lebih banyak menerima akibatnya. Tindakan tersebut sudah merasuk dalam sendi kehidupan masyarakat yang suatu saat dapat menghancurkan kehidupan bangsa.
Dalam situasi dan kondisi perekonomian yang terpuruk, penuh tindakan amoral pendidikan sering dituduh sebagai biang keroknya. Dunia pendidikan dianggap telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan seimbang.
Masyarakat kita masih beranggapan bahwa pendidikan itu tanggung jawab sekolah. Padahal pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebenarnya hakikat atau roh pendidikan itu adalah memanusiakan manusia yang dilakukan dengan rasa kasih sayang, keiklasan, kejujuran, keagamaan, tanggung jawab, serta suasana kekeluargaan. Dengan demikian, maka pendidikan akan menghasilkan manusia-manusia yang berimtaq dan bermoral yang dapat dihandalkan untuk membangun bangsa dan negara.
Seharusnya seluruh komponen bangsa ini membuka mata dan sadar bahwa pendidikan di negara kita kurang mendapatkan perhatian, anggaran pendidikan sangat rendah, profesi guru kurang mendapatkan penghargaan maka tidaklah mengherankan jika kualitas pendidikan semakin merosot. Orde reformasi berusaha mengoreksi dan memperbaiki apa yang telah dilakukan oleh orde baru dengan melakukan perubahan-perubahan dalam berbagai bidang yang berupa kebijakan politik, hukum, maupun ekonomi dan kebebasan pers[9], pada masa orde baru pers terkekang sehingga tidak banyak hal yang bisa dilakukan pihak-pihak pers. Dengan demikian diharapkan bangsa dan negara cepat keluar dari krisis multidemensi sehingga dapat mencapai tujuan yang dicita-cita yaitu masyarakat adil dan makmur.
Salah satu politik will dalam era reformasi adalah diamandemenya Undang-Undang Dasar 1945. Mereka beranggapan bahwa penyebab krisis multidemensi ini salah satunya karena para pejabat negara dan pemegang kekuasaaan secara longgar memanfaatkan celah-celah yang ada dalam UUD 1945, maka dari itu agar tidak terulang diamandemen. Pembangunan sitem dalam suatu negara memang perlu dilakukan namun sebaik apapun sitemnya jika tidak dilakukan dengan benar maka tujuan akan kandas, oleh karena itu diperlukan orang yang krideble dan bermoral untuk mencapai tujuan negara. Untuk membentuk manusia yang bermoral tersebut perlu adanya kerjasama antar berbagai komponen bangsa secara senergi dan sistemik yang diwujudkan dalam suatu program.        
            Politik will banar adanya sebagus apapun system tapi jika tidak dikerjakan dengan benar akan kandas tujuannya. Hal ini bisa kita lihat di Negara ini para pejabat tidak lagi peduli dengan tugas-tugasnya, mereka lebih menyukai kenikmatan dunia dan melupakan Allah. Hanya segelintir orang saja yang masih memegang nilai-nilai agamanya. Seseorang pernah bertanya pada Nabi: “Binasakah kami, sedang diantara kami masih ada orang-orang yang baik?” Jawab Nabi: “Ya, binasa apabila banyak yang buruk.”[10]

Allah berfirman :

Katakanlah: "Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah : 24)

            Selaras dengan politik will, bahwa bangsa kita ini bangsa yang kaya, subur, bahkan sampai-sampai pribahasa mengatakan tongkat ditancapkan akan menjadi tanaman, dengan semua yang disediakan bangsa ini seharusnya negera kita menjadi macan Asia, namun karena pemimpin negeri ini tidak mampu mengolahnya jadinya negeri ini tetap biasa saja dan bahkan memprihatinkan. Kita lihat Negara Jepang yang sangat jauh dibandingkan Indonesia, yang sering terkena gempa namun mereka bisa mengolah negaranya, mereka mengimpor bahan-bahan baku dari Indonesia seperti batu bara, besi, timah nikel dsb. dan membuang sebagian besar hasil olahan bahan baku tersebut ke Indonesia pula[11], mereka membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga yang berlipat-lipat. Dalam sebuah buku diceritakan setelah jepang di bom atom oleh sekutu, apa yang ditanyakan oleh pemerintah pertama kali? Yang ditanyakan adalah berapa jumlah guru yang tersisa?. Itulah hebatnya jepang yang selalu mengedepankan pendidikan.
            Mengapa saya membahas hal tersebut, karena krisis perekonomian merupakan salah satu factor pendorong tindakan-tindakan amoral di negeri ini. 



[1] Ustadz Mahmud. 2011. Pesantren dan Rock n’ Roll. SCTV : Screenplay. Sabtu, 16 April 2011
[2] Mulyadi, M.Pd. 2003. Krisis Moral Penghancur Kehidupan Bangsa.http://mulyaihza.blogspot.com/2010/05/krisis-moral-penghancur-kehidupan.html.  (Rabu, 6 April 2011. 09:23 WIB)
[3] Universitas Muhammadiyah Palembang. 2009. Al Islam Kemuhammadiyahan. Palembang : UMP.hlm.58
[4] http://leviyamani.blogspot.com, Loc.Cit. .( 7 Apr 2011, 09 :20WIB).
[5] Idianto M. 2004. Sosiologi untuk SMA kelas X.Jakarta :Erlangga.hlm.159
[6] Al-Imam Al-Bukhory. 2009. Hadits Shahih Bukhory. Surabaya : Gita Media Press. Hlm.627
[7] Nn. Tt. UUD’45 dan Amandemennya.Solo : Sendang Ilmu. Hlm.32.
[8] Al-Imam Al-Bukhory, Op.Cit. hlm. 429
[9] Retno Listyarti. Tt. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas XI. __: esis.hlm.38.
[10] Al- Imam AL- Bukhory, Op.Cit.hlm. 848
[11] Habiburrahman El Shirazy. 2010. Bumi Cinta. Jakarta: Author Basmala. hlm.79-80

2 comments: